Rabu, 20 Agustus 2014

Tulisan Dendam



Detik ini, aku tengah duduk berhadapan dengan seorang lelaki yang sempat melengkapi warna pelangi kehidupanku sekaligus menghujamkan ribuan belati di jantungku. Seorang lelaki yang membuatku jatuh cinta sekaligus patah hati untuk pertama kali. Jika kau bertanya apa yang aku rasakan saat ini, banyak. Ada rasa ingin memeluknya, merasakan kembali hangatnya berada dalam dekapannya, ada juga rasa untuk menampar kedua pipinya, menjambak rambutnya dan mungkin membunuhnya. Rasa sayang  dan takut kehilangan yang dulu begitu mengebu-gebu, lambat laun kian memudar di gerus oleh kekecewaan dan penghianatan yang masih kusimpan jauh di dalam lubuk hatiku yang paling gelap dan dalam. Yang  telah berusaha kututup selama kurang lebih satu tahun dan kini menyeruak kembali saat kulihat dia. Akupun tidak mengerti kenapa aku bisa tahan duduk berhadapan dengannya.

Jumat, 01 Agustus 2014

Batas Waktu



Angin berhembus menerbangkan daun-daun kering. Terasa dingin saat menerpa kulit. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Moza merapatkan jaketnya bersiap untuk pulang. Benar saja, di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Moza memacu sepeda motornya dengan cepat. Mencari tempat untuk berteduh, karena mustahil baginya untuk melanjutkan perjalanan pulang di tengah hujan badai seperti ini. Moza memarkirkan kendaraan di depan sebuah toko kue yang berada di ujung jalan.

Jumat, 16 Mei 2014

SAHARA



Apa dengan cara ini kau membunuh rasa rindumu?” tanyaku pada Sahara. Sementara ia hanya tertunduk dan diam ,”Kalau begini terus kau bisa sakit, akan ku bilang pada ayah dan ibu” lanjutku.
“Jangan Savana aku mohon, aku baik-baik saja”
“Tidak, kau tidak baik”

Rabu, 14 Mei 2014

Ambulans



Tap...tap... terlihat seorang gadis yang berlari tergesa-gesa di tengah rintikan hujan. Air matanya tersamar oleh air hujan yang menimpa pipinya, tetapi hal tersebut tidak menyembunyikan raut wajahnya yang ketakutan. Sambil sesekali menoleh kebelakang ia terus berlari melewati jalan sepi di tengah hutan. Langkahnya terhenti tepat di atas sebuah tebing. Ia tak bisa kemana-mana lagi. Seorang pria dengan seringainya yang mengerikan berjalan perlahan mendekati gadis itu. Di tengah keputusasaanya ia memutuskan untuk melompat dari tebing.
“Ah rupanya aku hanya bermimpi” Nadia terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal dan keringat membanjiri seluruh tubuhnya.
_